Jumat, 06 Februari 2015

Jombang Beriman Kota Santri Indah

Indahnya Jombang


A.  Ruang Terbuka Hijau








Ruang Terbuka Hijau Keplaksari merupakan taman buatan yang ditujukan untuk wisata rekreasi. Taman ini merupakan taman buatan dengan ditumbuhi berbagai bunga, mainan hewan yang terbuat dari bahan-bahan rumah tangga yang sudah tidak terpakai. Di sekitar taman juga ada tempat untuk duduk santai bersama keluarga sambil menikmati pemandangan.
Ada juga tempat-tempat di Ruang Terbuka Hijau yang sering digunakan untuk berfoto, seperti di sebelah selatan taman ada tulisan besar yang dipisah yaitu K E P L A K S A R I dan dijalan menuju tempat parkir. Sedangkan disebelah timur bisa digunakan untuk bersantai sambil menikmati jajanan dan berfoto di patung pesawat.Ruang Terbuka Hijau atau RTH bertempat di desa Keplaksari kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.



B. Tirta Wisata

Taman Tirta Keplaksari merupakan taman wisata buatan yang ditujukan untuk wisata rekreasi keluarga. Taman wisata ini merupakan taman buatan dengan danau dan kolam pemancingan. Ada juga kolam renang untuk dewasa dan anak-anak serta lapangan tenis.
Pada hari-hari libur, taman ini juga digunakan sebagai lokasi berbagai acara seperti konser musik. Taman Keplaksari sangat mudah dijangkau karena terletak persis di sebelah gerbang selatan masuk kota Jombang.Tirta wisata dikelola oleh disporabudpar. Sedangkan untuk Tirta Land itu diresmikan pada 13 Februari 2011.

C. Ampok


Ampok yang terkenal dan dipasarkan ke mancar, jombang, tembelang, nganjuk, surabaya, banyuwangi sampai kalimantan ini diproduksi di desa dukuh klopo RT 9 RW 4 peterongan jombang telah berdiri sejak 5 tahun yang lalu pada tahun 2010 hingga sekarang.
Berawal dari sebuah inspirasi untuk mengembangkannya dengan alat-alat manual sehingga bisa terkenal hingga sekarang dan mampu memperkerjakan sebanyak 10 karyawati yang seharinya mampu menghasilkan 6-7 kwintal ampok. Berikut ini adalah dokumentasi hasil observasi ketika proses pembuatan ampok sampai pada tahap packing.

D. Makam Maulana Ismail


Makam maulana ismail ini terletak di desa janti kecamatan jogoroto kabupaten jombang. di hari-hari tertentu makan ini sangat ramai dikunjungi untuk berziaroh bahkan pernah diadakan acara besar.

Dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan 1435 M, pemerintah desa Janti kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang menggelar acara pengajian akbar dengan menghadirkan penceramah fenomenal asal Bojonegoro KH. Anwar Zahid. Acara yang digelar di area makam Mbah Sayid Ismail itu dihadiri ribuan orang dari dalam dan luar desa Janti.

 Pengajian akbar malam itu dihadiri kepala desa Janti H. Musta’in beserta seluruh perangkat, sesepuh desa Janti, tokoh masyarakat. Hadir pula Jajaran muspika, kepala desa se kecamatan Jogoroto serta undangan.

E. Sumber Pengantin
 

Jombang merupakan kota santri yang memilik motto “JOMBANG BERIMAN” yang artinya berarti Bersih, Indah dan Nyaman. Jombang terdiri dari 21 kecamatan. 302 desa dan 4 kelurahan yang tersebar di luasan 1.159,50 Km2 daratan wilayah kabupaten Jombang. Jombang mempunyai beberapa tempat wisata salah satunya adalah SUMBER PENGANTEN yang masuk dalam kategori Wisata Alam. Sumber Penganten terletak di dusun Sumber Penganten  desa  Jogoroto kecamatan Jogoroto Jombang. Kenapa disebut Sumber Penganten? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut mari kita baca legenda sumber penganten dibawah ini.
Hampir 100 tahun yang lalu di desa Jogoroto ada sebuah sumber air , banyak warga  percaya jika sumber air tersebut berasal dari gunung kelud. Warga sekitar percaya bahwa air itu berasal dari gunung kelud karena setiap gunung kelud menggelegar sumber air tersebut ikut berombak, bahkan setiap kali gunung kelud akan meletus maka ada tanda-tanda dari sumber air  itu, seperti air yang ada di sumber tersebut tiba-tiba saja meluap kemudian surut kembali. Pada tahun 1920an sumber air tersebut tidak tahu kenapa sebabnya tiba-tiba meluap hingga membanjiri seluruh desa Jogoroto, kejadian tersebut terjadi sekiar kurang lebih 10 harian. Setelah meluap dan membanjiri seluruh rumah warga desa Jogoroto, akhirnya penduduk bergotong royong menghentikan sumber air tersebut dengan cara paku bumi (memasukan batang pohon ke dalam sumber air) dulunya warga jogoroto menggunakan batang pohon sejenis pohon aren yang panjangnya hampir 100 meter-an,cara mengangkut batang pohon tersebut ialah dengan cara di angkut dengan cikar (semacam dokar/delman) satu persatu batang pohon semacam aren tersebut dimasukkan,  setelah batang pohon ke tiga akan dimasukkan tiba-tiba cikar pengangkut batang pohon tersebut beserta kusir dan sapi penarik cikar tersebut terpeleset lalu jatuh ke lubang sumber air itu dan sumber air yang awalnya membanjiri seluruh desa jogoroto itu akhirnya surut dan kembali seperti sedia kala.
Kembali ke legenda seumber penganten, disebut Sumber Penganten karena konon katanya dulu ada sepasang pengantin baru yang mandi di sumber air tersebut,  namun  mereka menghilang dan tidak kembali lagi. Lalu dinamailah tempat tersebut menjadi “SUMBER PENGANTEN”. Beberapa tahun setelah kejadian hilangnya sepasang pengantin tersebut ada seorang warga yang melihat ada sepasang ikan aneh, dan salah satu ikan tersebut ada yang memakai anting. Warga menganggap ikan aneh tersebut ada jelmaan dari sepasang pengantin yang pernah menghilang disitu.
Pada zaman penjajahan belanda sumber penganten di khususkan untuk dijadikan tempat mandi bagi petinggi/kepala tentara belanda. Di sekitar sumber air dibangun balai kambang (sejenis bangunan mirip balai desa namun ada kamarnya) yang tepat menghadap ke sumber air tersebut, selain untuk mandi disekitar sumber air juga ada gubuk yang fungsinya sebagai tempat peristirahatan, dan taman bermain seperti ayunan yang terbuat dari kayu. Di sebelah utara sumber air nampak bekas kamar kamar dengan ukuran sepetak yang katanya dulu dipakai untuk ganti baju setelah mandi. Setelah belanda pergi dan tidak lagi menjajah wilayah jawatimur khususnya jogoroto sumber penganten dijadikan orang sebagai tempat tirakat, memperdalam ilmu dan mencari pesugihan. Pada tahun 1950an sumber penganten akhirnya dirusak oleh pak martoko yang waktu itu menjadi kepala desa di Jogoroto karena seringnya orang meyalahgunakan tempat itu untuk syirik. Pak martoko menebang semua pohon yang tumbuh di sekitar sumber air lalu menumbuk akar dari pohon tersebut kemudian memeran perasan akar ke dalam sumber air hingga semua ikan yang ada di sumber air tersebut mati. Sesampainya di rumah pak martoko meninggal sehingga sampai sekarang masyarakat sekitar percaya bahwa siapapun yang dengan sengaja mengambil ikan disitu akan meninggal. Dari situlah alasan kenapa sumber penganten sekarang sepi dan orang enggan datang kesitu karena mind set (pola pikir) mereka masih mempercayai hal-hal ghoib yang kadang tidak masuk nalar.
Seiring perkembangan kota Jombang ada kebijakan pemerintah waktu itu yang bermaksud untuk memperbaiki tempat-tempat wisata yang ada di jombang khususnya sumber penganten, namun hal itu ditentang keras oleh KH. Syamsuri dari Tebuireng yang pada waktu itu menjabat sebagai kepala DPRD Jombang. Alasan kyai Syamsuri menolak dibangun nya sumber penganten karna jika sumber penganten itu dibangun maka Tebuireng akan rusak kata beliau, akhirnya batal dan sumber penganten tetap menjadi wisata yang sepi bahkan tidak banyak orang yang tahu adanya sumber air yang ada di Jogoroto tersebut. Sangat disayangkan karena akses jalan menuju sumber air tersebut juga tidak terlalu sulit dijangkau, bisa dijangkau dengan berbagai macam kendaraan. Meski jauh dari hingar bingar keramaian namun Sumber Penganten tempatnya tidak terpencil dan sangat mudah dicari.

F. Makam Mbah Sayyid Sulaiman


Berawal dari kisah perjuangan Mbah Sayyid Sulaiman dalam menyebarkan islam yang diceritakan oleh Bapak Muhammad Yasin. Alamat dusun Rejo Slametdesa Mancilan kecamatan Mojoagungkabupaten Jombang. Bapak Muhammad Yasin mulai bekerja menjadi juru kunci di makam Mbah Sayyid Sulaiman sejak tahun 1989 hingga sekarang. Tahun kelahiran Bapak Muhammad Yasin adalah tahun 1942.
Bapak Muhammad Yasin menceritan kisah tentang Mbah Sayyid Sulaiman ketika masih di cirebon. Pada suatu saat Raja Mataram ingin menguji kemampuan Mbah Sayyid Sulaiman dengan memerintahkan Mbah Sayyid Sulaiman untuk membuat tontonan atau hiburan yang digunakan untuk menghibur masyarakat. Lalu Mbah Sayyid Sulaiman menyetujui perintah raja untuk membuat suatu hiburan, kemudian mbah sayyid sulaiman meminta syarat yang digunakan sebagai bahan dan tempat untuk membuat hiburan.  Dan syarat yang diminta oleh Mbah Sayyid Sulaiman adalah berupa tanah yang lapang sebagai lokasi hiburan dan bambu yang digunakan sebagai alat membuat hiburan yang dinamakan “bumbung”.
Pesan dari Mbah Sayyid Sulaiman selama pembuatan bumbung kepada raja dan seluruh rakyat adalah agar tidak melihat bumbung yang ditempatkan di tanah lapang dan jika pembuatan bumbung sudah selesai mereka akan dipanggil untuk melihat hasilnya dan sekaligus sowan. Setelah beberapa hari bumbung tak kunjung jadi dan tidak ada kabar dari Mbah Sayyid Sulaiman,kemudian Ratu Mataram memerintahkan Patih Atmaja untuk melihat pembuatan bumbung.
Ketika Patih Atmaja sampai di tempat pembuatan bumbung, ternyata bumbung belum jadi dan masih berupa bambu utuh. Kemudian Patih Atmaja melaporkan hal tersebut kepada sang ratu, seketika itu ratu marah dan langsung menghampiri tempat dimana bumbung dibuat dan disana ratu melihat sendiri bahwa bumbung masih berupa bambu utuh. Kemudian ratu mengatakan kepada patih bahwasanya Mbah Sayyid Sulaiman itu ternyata orang biasa dan bukan orang sakti seperti yang diceritakan oleh orang-orang, karna marah ratu langsung melempar bambu ke tanah sehingga bambu pecah menjadi kepingan-kepingan kecil, akan tetapi dengan izin Allah dalam sekejap kepingan bambu pun berubah menjadi hewan yang bermacam-macam jenisnya, ada harimau, badak, gajah, jerapa dsb.
Sejak saat itu, tempat dimana kepingan bambung yang berubah menjadi bermacam-macam hewan dikenal sebagai kebun binatang Sri Wedari yang berada di solo jawa tengah, akan tetapi sekarang dipindah tempatnya di dekat bengawan solo. Lalu ratu menyuruh Patih Atmaja untuk datang ke tempat Mbah Sayyid Sulaiman untuk berterima kasih dan memintanya untuk kembali ke Mataram. Akan tetapi Mbah Sayyid Sulaiman tidak mau kembali ke Mataram, beliau lebih memilih untuk belajar di Winongan, Pasuruan di tempat Kyai Soleh Semendi. Setelah itu Mbah Sayyid Sulaiman diambil menantu oleh Kyai Soleh Semendi, beliau berdakwah dan membuka Pondok Pesantren di Sidogiri.
Suatu hari ketika dalam perjalanan (musafir) untuk berdakwah, ditengah perjalanan untuk pulang ke pasuruan Mbah Sayyid Sulaiman sakit, ketika itu Mbah Sayyid Sulaiman sedang berada di desa Mancilan dan yang merawat Mbah Sayyid Sulaiman selama sakit adalahMbah Raden Alif. Sampai akhirnya Mbah Sayyid Sulaiman meninggal dan di makamkan di dusun Betek desa Mancilan kecamatan Mojoagung kabupaten Jombang. Yang lokasi makamnya dekat dengan lokasi sekolah yang ada di Betek serta berdekatan dengan alon-alon Mojoagung. Makam Mbah Sayyid Sulaiman ramai dikunjungi oleh para peziaroh dan diadakan tahlil serta istighotsah rutinan setiap malam jum’at legi atau kamis kliwon dan pada tanggal 17 Rabi’ul awwal di hari haulnya beliau. Beliau adalah keturunan nabi Muhamma yang ke 26.

G. Krupuk


Pada awal mulanya usaha krupuk ini turun temurun, yang di produksi di desa Segodorejo kecamatanSumobito kabupatenJombang RT01 RW 04. Cara pembuatan krupuk ini ada yang manual dan ada juga yang menggunakan mesin mesin.
Pegawainya kurang lebih 16 orang dan pemasarannya sejauh ini masih di daerah Jawa Timur, yaitu jombang, sumobito, perak, krian dan surabaya. 1 bal isinya 5 kg dan harganya berkisar antara 51.000 rupiah. Berikut adalah dokumentasi sekilas tentang pabrik krupuk yang ada di Segodorejo.